
Erita Pinem (32) dan istrinya Rahmayani Agustina Br Tarigan (37) dilanda kebingungan besar. Pasalnya, mereka kehabisan ide untuk mencari pengobatan bagi putra bungsunya, yang bernama Dedek Syahfizry Pinem, bocah berumur 2,5 tahun. Sejak umur 3 bulan, Fizry mendadak kejang-kejang hingga hari ini. Penyakit itu belum juga bisa disembuhkan, meski keluarga ini telah mengupayakan beragam cara.
“Padahal waktu lahir, ia normal dan sehat. Badannya gemuk,” kata Rahmayani, ibu Fizry saat ditemui di kediamannya di Jalan Pintu Air IV Gang Satu Lingkungan II, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Jumat (10/3).
Selain tubuhnya kejang-kejang, mata Fizry terus menerus berkedip dan mulutnya buka-tutup. Sementara kedua tangannya selalu terkepal dan sikunya tidak bisa ditekuk. Begitu pula dengan kedua kakinya, kaku dan tak bisa ditekuk kejang.
Menurut Rahmayani, sebelumnya anaknya tidak pernah mengalami demam maupun sakit. Hingga suatu sore ia mendapati anaknya mendadak kejang-kejang.
“Paginya kan masih enakan dia tidur. Lalu kita bangunkan untuk dimandikan. Sorenya, kita lihat dia sudah kejang-kejang di tempat tidur. Kami panik, lalu bawa dia segera ke puskesmas,” Rahmayani ibu Fizry.
Gara-gara mengupayakan pengobatan Fizry, orangtunya telah menghabiskan banyak uang. Dan tanpa disadari, mereka telah mengabaikan 3 anak lainnya. Tak pelak, Lenny, anak sulung mereka bahkan putus sekolah.
“Kami tak punya uang lagi buat menyekolahkannya. Ia hanya sampai SMP,” ungkap Rahmayani didampingi suaminya.
Meski sudah bolak-balik masuk puskesmas, kondisi Fizry tak kunjung membaik. “Kata orang puskesmas, kami harus bawa anak kami ini ke rumah sakit biar di discanning. Tapi kami nggak ada uang. Mau bikin kartu BPJS Kesehatan untuk Fizry, kami dengar-dengar harus bayar iuran. Jadi kami mentok,” sambung Rahmayani lagi.
Rahmayani hanya seorang ibu rumah tangga. Suaminya penjual es keliling dan sesekali memulung sampah. Pendapatan mereka tidak menentu, sementara 3 lagi anak mereka masih harus dibiayai sekolahnya.
“Kami punya uang buat bawa anak kami ke dokter,” tukasnya.
Kepala Puskesmas Medan Johor, dr Marlina memberi keterangan berbeda dengan ibu Fizry. Marlina mengatakan pihaknya sudah mengetahui kalau Fizry kejang-kejang sejak ia lahir.
“Memang sudah dipantau dari awal. Kami tahu sejak lahir dia sudah ada kelainan. Mereka kan tidak tau anaknya kejang-kejang karena apa?” katanya.
Ia juga menyebut, pihaknya terus mengontrol kondisi si anak, bahkan menyarankan orangtua Fizry agar membawa anaknya ke rumah sakit, dengan mengandalkan kartu BPJS Kesehatan.
“Kami tidak pernah mempersulit. Kami sudah pernah sarankan ke ibu itu (Rahmayani-red), supaya diuruskan BPJS Kesehatan anaknya, lalu dibawa berobat ke rumah sakit,” kata dr Marlina lagi.
Marlina juga menepis pemberitaan bahwa Fizry menderita gizi buruk. Ia mengatakan, pihak dinas kesehatan sama sekali hanya menjaring anak yang murni gizi buruk, bukan anak dengan kelainan penyerta.
“Jadi kan tanggung jawab dinas kesehatan itu hanya gizi buruk murni. Sementara anak ini menderita kelainan penyerta,” tampiknya.
Kelainan penyerta menurut Marlina adalah anak dengan bawaan cacat. “Anak ini kami pantau di posyandu, dari situ kami tahu dia ada kelainan. Orangtuanya kan tidak tahu kenapa anaknya kejang-kejang. Setelah kami lihat ternyata anak ini ada kelainan sejak lahir,” terangnya. (rb03)
“Padahal waktu lahir, ia normal dan sehat. Badannya gemuk,” kata Rahmayani, ibu Fizry saat ditemui di kediamannya di Jalan Pintu Air IV Gang Satu Lingkungan II, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Jumat (10/3).
Selain tubuhnya kejang-kejang, mata Fizry terus menerus berkedip dan mulutnya buka-tutup. Sementara kedua tangannya selalu terkepal dan sikunya tidak bisa ditekuk. Begitu pula dengan kedua kakinya, kaku dan tak bisa ditekuk kejang.
Menurut Rahmayani, sebelumnya anaknya tidak pernah mengalami demam maupun sakit. Hingga suatu sore ia mendapati anaknya mendadak kejang-kejang.
“Paginya kan masih enakan dia tidur. Lalu kita bangunkan untuk dimandikan. Sorenya, kita lihat dia sudah kejang-kejang di tempat tidur. Kami panik, lalu bawa dia segera ke puskesmas,” Rahmayani ibu Fizry.
Gara-gara mengupayakan pengobatan Fizry, orangtunya telah menghabiskan banyak uang. Dan tanpa disadari, mereka telah mengabaikan 3 anak lainnya. Tak pelak, Lenny, anak sulung mereka bahkan putus sekolah.
“Kami tak punya uang lagi buat menyekolahkannya. Ia hanya sampai SMP,” ungkap Rahmayani didampingi suaminya.
Meski sudah bolak-balik masuk puskesmas, kondisi Fizry tak kunjung membaik. “Kata orang puskesmas, kami harus bawa anak kami ini ke rumah sakit biar di discanning. Tapi kami nggak ada uang. Mau bikin kartu BPJS Kesehatan untuk Fizry, kami dengar-dengar harus bayar iuran. Jadi kami mentok,” sambung Rahmayani lagi.
Rahmayani hanya seorang ibu rumah tangga. Suaminya penjual es keliling dan sesekali memulung sampah. Pendapatan mereka tidak menentu, sementara 3 lagi anak mereka masih harus dibiayai sekolahnya.
“Kami punya uang buat bawa anak kami ke dokter,” tukasnya.
Kepala Puskesmas Medan Johor, dr Marlina memberi keterangan berbeda dengan ibu Fizry. Marlina mengatakan pihaknya sudah mengetahui kalau Fizry kejang-kejang sejak ia lahir.
“Memang sudah dipantau dari awal. Kami tahu sejak lahir dia sudah ada kelainan. Mereka kan tidak tau anaknya kejang-kejang karena apa?” katanya.
Ia juga menyebut, pihaknya terus mengontrol kondisi si anak, bahkan menyarankan orangtua Fizry agar membawa anaknya ke rumah sakit, dengan mengandalkan kartu BPJS Kesehatan.
“Kami tidak pernah mempersulit. Kami sudah pernah sarankan ke ibu itu (Rahmayani-red), supaya diuruskan BPJS Kesehatan anaknya, lalu dibawa berobat ke rumah sakit,” kata dr Marlina lagi.
Marlina juga menepis pemberitaan bahwa Fizry menderita gizi buruk. Ia mengatakan, pihak dinas kesehatan sama sekali hanya menjaring anak yang murni gizi buruk, bukan anak dengan kelainan penyerta.
“Jadi kan tanggung jawab dinas kesehatan itu hanya gizi buruk murni. Sementara anak ini menderita kelainan penyerta,” tampiknya.
Kelainan penyerta menurut Marlina adalah anak dengan bawaan cacat. “Anak ini kami pantau di posyandu, dari situ kami tahu dia ada kelainan. Orangtuanya kan tidak tahu kenapa anaknya kejang-kejang. Setelah kami lihat ternyata anak ini ada kelainan sejak lahir,” terangnya. (rb03)
0 komentar:
Posting Komentar